Rabu, 22 Juli 2009

SBY Didesak Minta Maaf Terkait Pernyataannya Setelah Ledakkan Bom

JAKARTA - Lima hari sudah teror bom Jakarta di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton terjadi. Sejauh ini para pelakunya ditengarai kuat merupakan jaringan dari gembong teroris Noordin M. Top yang hingga kini masih jadi buron. Maka, pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beberapa jam setelah tragedi itu terjadi, bahwa pengeboman terkait pihak yang kecewa dengan pilpres kian tak terbukti.

"Kalaupun terkait politik, itu politik Al Qaidah. Sama sekali tidak terkait dengan politik di dalam negeri," kata Brigjen Pol (pur) Suryadarma Salim, mantan Kadensus 88 yang sukses membekuk para pelaku bom Bali dan JW Marriott I di studio TV One tadi malam.

"Kami berharap SBY menunjukkan sikap kenegarawanan dengan meminta maaf," kata Sekretaris Umum Tim Kampanye Nasional Mega-Prabowo, Fadli Zon di Jakarta kemarin (21/7). Fadli menduga pernyataan emosional presiden keluar setelah mendapat masukan yang keliru dari bawahannya.

Seperti diberitakan, ketika memberikan pernyataan beberapa jam setelah ledakan itu, SBY juga membeber beberapa lembar foto yang menggambarkan sejumlah anggota teroris bertopeng sedang berlatih menembak, dan sasaran tembaknya adalah foto SBY. Atas dasar itulah, SBY lantas mengaitkan ledakan di Marriott dan Ritz-Carlton itu dengan aktivitas teroris dalam foto tersebut, yang diduga digerakkan oleh pihak-pihak yang kecewa dengan pilpres. "Ini intelijen. Ada rekaman videonya. Ada gambarnya. Bukan fitnah, bukan isu. Saya mendapatkan laporan ini beberapa saat lalu," tegas SBY saat itu. Semua laporan intelijen itu, lanjut SBY, dikumpulkan terkait Pemilu 2009.

Meski tidak menyebut nama, banyak pihak menduga bahwa yang dituduh SBY adalah tim dari capres Megawati-Prabowo. "Tidak butuh interpretasi macam-macam. Sudah jelas kok arahnya ke mana," cetus Fadli Zon yang juga wakil ketua umum DPP Partai Gerindra itu.

Anggota Dewan Penasihat DPP Partai Gerindra Permadi menambahkan, foto-foto yang diperlihatkan SBY ketika memberi pernyataan itu sebenarnya foto-foto lama. Bahkan, lima tahun lalu Komisi I DPR yang bermitra dengan Badan Intelijen Negara (BIN) sudah pernah melihatnya.

"Saat Kepala BIN Hendro Priyono pernah disampaikan (foto-foto itu). Begitu juga saat kepala BIN dipegang Syamsir Siregar," kata mantan anggota Komisi I DPR yang di-recall PDIP karena menyeberang ke Partai Gerindra awal Januari 2009.

Menurut Permadi, dalam paparannya, para kepala BIN menjelaskan foto-foto tersebut menunjukkan aktivitas para teroris yang tengah berlatih di Ambon dan Poso sekitar 2004-2005. Malah foto yang diperlihatkan sata itu, imbuh dia, lebih banyak daripada foto yang dibawa SBY. "Ada foto yang lagi naik motor, foto latih tanding, dan yang lain," jelas Permadi.

Bagaimana foto yang memperlihatkan wajah SBY sebagai target sasaran latihan tembak? "Kalau itu tidak ada. Saya lihat SBY yang terlalu peka mendapat laporan. Padahal, dalam demo mahasiswa di Jakarta, Maluku, atau Makassar, sudah biasa foto-foto presiden dibakar atau disobek-sobek," katanya.

Karena jelas-jelas salah, Permadi berharap SBY menyampaikan permintaan maaf. Sebab, SBY telah melakukan kebohongan publik. "Kalau beliau memang orang santun, tidak suka kebohongan, seharusnya begitu. Ini lebih menyenangkan ketimbang memendam kebencian," tandas paranormal yang senang berpakaian serbahitam itu.

Sebelumnya, saat ditanya tentang perlu tidaknya presiden meminta maaf, Prabowo enggan berkomentar banyak. "Ah, saya selalu memilih untuk berpikir positif saja," jawabnya seusai doa bersama tokoh lintas agama untuk korban 'teror bom' JW Marriott dan Ritz-Carlton di Bellagio Mall Atrium, Mega Kuningan, Jakarta, Senin lalu (20/7).

Desakan keras agar SBY meminta maaf juga muncul dari kubu JK-Wiranto. "Publik awam dengan mudah membuat penafsiran kalau yang dimaksud presiden itu kalau tidak JK-Win, ya Mega-Pro," kata jubir tim sukses JK¿-Wiranto, Yuddy Chrisnandi.

Menurut dia, selaku kepala negara, SBY sangat ceroboh membeberkan laporan intelijen yang kebenarannya belum bisa dibuktikan. Ini berpotensi menimbulkan keresahan. "Bayangkan, orang-orang sekaliber Jusuf Kalla, Megawati, Prabowo, dan Wiranto yang negarawaran dan percaya terdadap demokrasi ternyata dituduh penyebar teror," sesalnya.

Yuddy menilai SBY perlu meminta maaf, terutama kepada capres yang dia "tembak" melalui pidatonya. Presiden, imbuh Yuddy, harus mengakui kalau sudah salah menelan mentah-mentah informasi intelijen yang ternyata tidak terbukti kebenarannya.

"SBY harus memberikan sanksi, kalau perlu sampai pemberhentian, kepada pejabat-pejabat intelijen yang terbukti memberi info salah dan menyebabkan presiden menuai kecaman luas seperti sekarang ini," tandas anggota Komisi I DPR dari Partai Golkar itu.

Yuddy juga membantah keras penjelasan Staf Khusus Presiden Denny Indrayana yang menyebut presiden tidak pernah memastikan teror bom dua hotel di kawasan Mega Kuningan terkait pilpres.

"Eksplisit SBY menuduh pengeboman berkaitan dengan ketidakpuasan hasil pemilu. Presiden juga menyebut soal gerakan revolusi, ada upaya meng-Iran-kan Indonesia, dan menggagalkan pelantikan SBY," ujarnya.

Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum menolak mentah-mentah desakan agar SBY meminta maaf. Menurut dia, tidak ada yang keliru dari statemen SBY. Inti statemen itu mencerminkan kemarahan SBY terhadap terorisme.

SBY lantas menegaskan tanggung jawab pemerintah dan aparat keamanan untuk menangkap dalang pengeboman, serta membongkar jaringannya. "Jadi, yang seharusnya disarankan minta maaf, bahkan bertobat atau menyerahkan diri itu para teroris dan dalangnya," tegas mantan Ketum PB HMI itu.

Sementara itu, Menkominfo M. Nuh menilai, para elite salah taf¿sir terhadap pidato SBY beberapa jam setelah ledakan di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton ter¿sebut. Menurut Nuh, kalau para elite menyimak lagi per¿nya¿taan SBY yang disampaikan di halaman Istana Presiden pada 17 Juli lalu, tidak akan terjadi polemik yang berkepanjangan. "Tolong disimak ulang. Dibaca trans¿kripnya," kata Nuh kepada Jawa Pos kemarin (21/7). Dia juga menegaskan, dalam pidato itu, tidak ada tudingan kepada calon presiden atau calon wakil presiden saingan SBY.

Transkrip pidato presiden itu, kata Nuh, bisa dibaca di website resmi presiden, www.presidenri.go.id atau www.presidensby.info. Dia menunjukkan pa¿ragraf kedelapan pidato SBY bahwa SBY tidak menuding siapa pun dalam peristiwa bom Jakarta tersebut.


Jawa Pos | Rabu, 22 Juli 2009

Dikutip dari Berpolitik.com

Tidak ada komentar:

Salurkan Aspirasi Politik Anda, Mari Bergabung bersama Kami Partai Bulan Bintang

Permendagri No 24 Tahun 2009 Ttg Pedoman Cara Perhitungan Bantuan Kauangan Parpol Dlm APBD