INILAH.COM, Jakarta – Perlahan tapi pasti, popularitas calon presiden alternatif terus mencorong. M. Jusuf Kalla, Prabowo Subianto, dan Rizal Ramli, nama-nama alternatif di antara kerucut SBY dan Megawati Soekarnoputri, mencuri hati publik.
Gerak laju popularitas Kalla, Prabowo, atau Rizal, nyaris luput dari perhatian masyarakat politik. Namun, tak demikian dengan lembaga riset Reform Institute dan Lembaga Survei Nasional. Mereka melihat, terjadi perubahan positif dalam hal elektabilitas mereka.
Ini berarti, popularitas SBY yang melambung dalam survei-survei sebelumnya, bisa rontok dan tergulung dalam percaturan di medan laga politik. Ini bisa juga berarti harapan bagi perubahan tidaklah mustahil.
"Pergeseran konfigurasi elite itu bisa dilihat dari berbagai survei. Jusuf Kalla, Rizal Ramli, dan Prabowo kian menanjak dalam debut politik dan popularitasnya meski belum menyamai perolehan popularitas SBY," tutur Yudi Latif, Direktur Reform Institute.
Dalam hal ini, Direktur LSN Umar S Bakry MA melihat, hasil survei Pusat Kajian Politik UI yang menyebut bahwa popularitas dan elektabiliats SBY sudah stagnan atau mengkerut, menunjukkan kebenaran sinyalemen para akademisi bahwa SBY cenderung menuju antiklimaks.
Survei Pusat Kajian Politik UI (Puskapol UI) selama minggu kedua masa kampanye 13-20 Maret 2009, menunjukkan stagnasi dukungan pemilih pada Partai Demokrat. Dibandingkan survei yang dilakukan empat lembaga (CSIS, LP3ES, Puskapol UI, dan LIPI pada 8-18 Februari), dukungan pada Demokrat tidak banyak berubah.
Direktur Puskapol UI, Sri Budi Eko Wardhani menyingkapkan bahwa hasil survei pihaknya Demokrat 21,38%, PDIP 17,77%, Golkar 16,56%, Gerindra 4,62%, PKS 4,43%, PKB 4,24%, PPP 4%, PAN 3,61%, Hanura 2,99%, partai lainnya 5,68%. Adapun yang belum menentukan pilihan 14,73%.
Para analis melihat, fenomena Rizal Ramli (RR) yang mulai diperhitungkan dalam bursa capres, sebagai kecenderungan diferensiasi politik. Nama RR mulai diperhitungkan dalam survei LSN, mengalahkan Hidayat Nur Wahid dan Wiranto.
Sebelumnya, RR tidak pernah masuk dalam 10 besar capres yang diperhitungkan. Namun dalam polling terbaru Lembaga Survei Nasional, namanya masuk dalam 6 besar dengan elektabilitas 3,2%.
Sekali masuk dalam survei, Rizal Ramli langsung melewati empat capres lainnya seperti Wiranto (1,5%), Hidayat Nur Wahid (1,2%), Sutiyoso (1,0 %), dan Soetrisno Bachir (0,5%). Sementara capres yang berada di atas Rizal sudah tidak asing lagi seperti SBY dan Megawati yang cenderung stagnan.
Menanggapi hal ini, Rizal, calon presiden Blok Perubahan, melihat sangat mungkin telah terjadi pergeseran konfigurasi para elite dan peta dukungan capres/cawapres secara nasional.
"Publik makin membuka diri terhadap capres alternatif dan pro perubahan. Mungkin karena itu, muncul wacana penghapusan kampanye terbuka pilpres dari pihak-pihak tertentu sebagai titipan politik. Ini menguntungkan sang incumbent (SBY) dan merugikan para capres alternatif yang siap bersaing dengan SBY," kata RR, mantan Menko Perekonomian itu.
Para capres alternatif melihat SBY menjadi kini sebagai tokoh status quo cenderung stagnan dan merosot. Sementara elektabilitas para lawan politik atau oposisi terhadap SBY, terus menguat dan naik secara meyakinkan meski berbagai lembaga survei diduga berusaha mencegat dengan menyebut SBY tetap paling popular dan elektablis.
Ini berarti, masih besar harapan publik bagi perubahan. Namun masalahnya, iklan di media massa dan politik uang menjelang pemungutan suara akan sangat memengaruhi hasil pemilu, sementara kampanye rapat umum tidak akan menambah tingkat pengenalan pemilih terhadap parpol peserta pemilu.
Pemilih diyakini tidak memiliki referensi lebih dari 10 parpol dari 38 parpol nasional peserta pemilu, sehingga politik uang diprediksi marak menjelang pencoblosan 9 April. "Kendala ini akan dihadapi para capres alternatif nantinya," tutur Ray Rangkuti, Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima).
Namun demikian, konfigurasi elite yang sudah bergeser, membuat pertarungan pemilu di medan laga, makin menjadi faktor yang bakal menjadi penentunya. Bagaimana hasil akhirnya? [I4] Herdi Sahrasad
Sumber : http://www.inilah.com/berita/politik/2009/03/30/94603/capres-alternatif-hantui-sby/