Senin, 30 Maret 2009

Nasi Basi Tanda-tanda untuk SBY

INILAH.COM, Jakarta – Adakah ini tanda-tanda zaman? Saat berkunjung ke rumah Abah Anom, salah satu tokoh Jawa Barat, suguhan makanan untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berubah jadi basi. Pengamat sosial dan paranormal melihat sebagai berakhirnya era SBY.

Ini memang peristiwa aneh. Pasalnya, SBY bukan petinggi negara satu-satunya yang pernah berkunjung ke pondok pesantren Abah Anom. Sebelumnya, Wakil Presiden M. Jusuf Kalla juga menyambangi tokoh ulama Jabar itu. Saat itu, suguhan untuk Kalla tak basi sama sekali.

Para ulama dan paranormal biasanya melihat hal itu sebagai suatu pertanda dan sinyal sosio-mistis. Peristiwa itu, dalam tataran sosio-mistis, bisa saja berujung pada simbol delegitimasi.

Apakah SBY akan memerintah lagi? Berdasarkan kisah kunjungan SBY ke rumah Abah Anom itu, para peneliti Islam politik melihat hal itu sebagai pesan simbolik religio-politik bahwa sangat mungkin SBY tak terpilih kembali karena memang prestasinya biasa-biasa saja.

"Bahkan tatkala anggaran pendidikan dinaikkan 20%, ternyata angka anak putus sekolah meningkat. Tatkala swasembada pangan digembar-bemborkan berhasil, ternyata banyak orang makan nasi aking dan petani makin miskin. Ini paradoks, ada yang tidak beres," kata Airlangga Pribadi MA, pakar politik Universitas Airlangga Surabaya.

Paranormal Ki Joko Bodo pun menanggapi peristiwa itu sebagai tanda-tanda. Saat ini, katanya, rakyat menghendaki adanya pergantian kepemimpinan nasional, adanya perubahan. Ki Joko Bodo melihat SBY tidak akan memerintah dua kali. Bahkan ia menegaskan bahwa periode pemerintahan SBY tidak akan terulang kembali.

Secara simbolik, isu nasi basi itu memang bisa menjadi menu politik yang meluas dalam wacana publik. Isu makanan basi itu seakan menguatkan sinyalemen bahwa ada yang disembunyikan dalam berbagai iklan politik Partai Demokrat perihal keberhasilan pembangunan dan lanjutannya, yang tak terbaca oleh publik.

Dan harus diakui, selama lima tahun pemerintahan SBY, nyaris tidak ada oposisi yang berarti untuk mengoreksi berbagai kelemahan dalam pemerintahannya. Dari segi gagasan dan kekuatan kata-kata, oposisi PDIP jelas tak sebanding dengan popularitas SBY. "PDIP belum bisa menjadi oposisi sepadan atas pemerintahan SBY," kata Ari Bainus MA, dosen FISIP Universitas Padjadjaran.

Di sisi lain, sementara angka kemiskinan dan pengangguran bergerak naik, justru iklan politik SBY di media massa menyuguhkan hal-hal sebaliknya. Iklan SBY dan Demokrat hampir semua mengusung slogan keberhasilan pembangunan yang dikatakan nyaris tanpa cela.

Bukan hanya itu saja, dalam politik imagologi (pencitraan) SBY dan Partai Demokrat juga dilaporkan berbagai lembaga survei sebagai sosok dan partai terpopuler. Bahkan LSI Saiful Mujani, LSN, LSI Denny JA, Cirrus dan lembaga survei lainnya, masih menempatkan SBY di urutan pertama elektabilitas di Pilpres 2009. Walhasil, banyak pernik dan paradoks dalam pemerintahan SBY dan oposisi terhadapnya.

Namun demikian, dengan peristiwa 'makanan basi' di pesantrean Abah Anom itu, muncul prediksi berbeda dalam ramalan paranormal Ki Joko Bodo. Menurut Ki Joko Bodo, posisi SBY kini terancam digantikan Jusuf Kalla atau sosok lainnya.

Berdasarkan cerita salah satu tokoh Jawa Barat, secara terpisah, SBY dan JK menggelar kampanye dan menyempatkan diri mampir ke kediaman kiai kharismatik Abah Anom di Tasikmalaya untuk meminta restu.

Entah apa maksudnya, kata Ki Joko Bodo, namun terkesan ada pembusukan di dalam diri dan politiknya SBY. Buktinya, makanan yang disuguhkan Abah Anom kepada SBY berubah basi semua. "Apa yang dimakan itu pasti akan sesuai dengan apa yang pernah dilakukan," kata Ki Joko Bodo.

Para analis politik mengakui, SBY dan JK adalah sosok pemimpin yang sama-sama kuat. Baik dari sisi personal maupun lembaga. Namun, Joko Bodo mengakui bahwa salah satu pihak lebih unggul dari lainnya.

"Saya bukan pro siapa-siapa, tapi saya melihat SBY itu orangnya kalem, namun penuh keragu-raguan. Dia itu terus dibayang-bayangi oleh bisikan-bisikan tertentu dari orang-orang sekitarnya. Jadi sudah tidak tegas, ditambah banyak bisikan sana-sini. Bisa kita bayangkan," tuturnya.

Kini, kata Ki Joko Bodo, semua ada di tangan Tuhan. Arus perubahan untuk sebagian besar ditentukan oleh para pemilih dan masyarakat sendiri. "Saya melihat, rakyat Indonesia ingin presidennya berganti. Mau baik atau buruk, pokoknya ganti," tukasnya.

Jika demikian, ada baiknya Presiden SBY dan Partai Demokrat mencamkan pesan simbolik religio-politik dari kejadian di pesantren Abah Anom dan tidak pula menganggap remeh ramalan Ki Joko Bodo ini. [I4]

Sumber : http://www.inilah.com

Tidak ada komentar:

Salurkan Aspirasi Politik Anda, Mari Bergabung bersama Kami Partai Bulan Bintang

Permendagri No 24 Tahun 2009 Ttg Pedoman Cara Perhitungan Bantuan Kauangan Parpol Dlm APBD